“Seorang muslim itu adalah saudara muslim yang lain.
Oleh sebab itu, jangan menzalimi dan meremehkannya dan jangan pula
menyakitinya.”
(HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).
“Hidup tidak akan pernah adil, sampai
kamu mengerti bahwa setiap orang berbeda dengan keistimewaannya masing-masing.”
Inti dari persaudaraan tak lain adalah dalam rangka menjalin cinta dan
kasih sayang. Persaudaraan meniscayakan adanya kepedulian,
tolong-menolong (at-ta’awun) antarsesama. Di zaman yang
semakin akhir ini, tali persaudaraan semakin rapuh. Banyak di antara kita
sebagai sesama muslim yang saling bertikai dan bermusuhan.
Dalam konteks inilah wasiat Rasulullah Saw. penting kita teguhkan kembali
ke dalam kesadaran diri kita. Diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah
Saw. bersabda, “Seorang muslim itu adalah saudara muslim yang lain. Oleh sebab
itu, jangan menzalimi dan meremehkannya dan jangan pula menyakitinya.” (HR.
Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Menjalin ikatan persaudaraan adalah suatu kewajiban. Tidak dibenarkan bagi
kita memutus tali persaudaraan sesama muslim. Apalagi didasari kebencian yang
berlebihan. Karena itu, di dalam Al-Quran dijelaskan bagaimana tali ukhuwah itu
dipererat dan tidak boleh bercerai-berai.
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk”. (Ali ‘Imran, 3: 103).
Membangun persaudaraan dengan demikian, merupakan suatu kewajiban karena
dengan begitu kita bisa saling menasihati, tentunya dalam hal kebajikan. Hadis
nabi yang menyatakan bahwa tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai
orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, adalah ajaran yang
mensyaratkan adanya persaudaraan. Sebab, kita tidak mungkin mencintai orang
lain jika dalam hati tak ada spirit persaudaraan. Dan persaudaraan dibangun
salah satunya melalui cinta dan kasih sayang.
Nilai-nilai inilah yang harus kita teguhkan di tengah realitas perpecahan
umat yang sampai saat ini masih terjadi. Kebanyakan di antara manusia lebih
suka hidup tercerai-berai daripada rukun dan damai. Antarsatu sama lain saling
menaruh curiga, iri dengki, mencela, menghasut, dan sebagainya. Bagaimana
mungkin mereka saling menyayangi dan mencintai jika spirit persaudaraan yang
ada telah luntur? Bagaimana antarsatu sama lain dapat membangun perdamaian jika
iri dengki sudah tertanam kuat pada diri masing-masing manusia? Bagaimana
mungkin mereka mengaharap syafaat nabi jika yang dilakukan hanyalah saling
memfitnah dan menebar kebencian?
Dalam konteks inilah ajaran-ajaran hidup Rasulullah, khususnya yang
berkaitan dengan upaya membangun tali persaudaraan, penting kita teladani.
Rasulullah memberikan pelajaran kepada kita bagaimana persaudaraan itu dibangun
tanpa melihat perbedaan suku, ras, dan golongan apapun. Bahkan, kepada mereka
yang memiliki keyakinan berbeda sekalipun nabi tetap menyambung tali
persaudaraan. Bagi Rasulullah, semua manusia itu bersaudara. Karena bersaudara,
maka kita wajib mencintai dan menolongnya.
Penghargaan Rasulullah kepada orang-orang Nashrani, mislanya, membuktikan
bahwa beliau adalah sosok yang betul-betul menginginkan persuadaraan dan
perdamaian. Rasulullah sangat mencintai mereka sebagaimana beliau juga
mencintai dirinya dan pengikutnya sendiri. Walaupun berbeda keyakinan, Rasulullah
tidak membeda-bedakan dan bahkan tidak memprioritaskan di antara mereka untuk
disantuni. Hati beliau betul-betul lapang menerima segala perbedaan.
Kita harus banyak mengambil pelajaran dari apa yang telah dicontohkan oleh
Baginda Rasulullah. Sebab, jika kita hidup di dunia ini masih selalu
mempersoalkan perbedaan-perbedaan, maka rahmat Tuhan tidak akan tercurahkan.
Bukankah perbedaan itu adalah rahmat, dan Tuhan sendiri menginginkan
hamba-hamabaNya hidup dalam kerukunan dan perdamaian?
Dengan demikian, kedewasaan hati kita memang harus selalu dilatih untuk
arif dalam menerima segala bentuk perbedaan. Sebab, konflik sosial yang terjadi
di mana-mana seringkali dilatarbelakangi oleh kecenderungan masing-masing
manusia yang tidak memahami hakikat perbedaan, sehingga siapa pun yang berbeda
dengan diri atau kelompoknya maka harus disingkirkan dan tidak dianggap sebagai
saudara.
Jika sikap hidup seperti itu masih kita biarkan, dan bahkan kita ternak
dalam hati, maka kita tidak akan mendapatkan syafaat nabi dan rahmat dari Allah
Swt. Karena itu, di tengah kehidupan yang kian memasuki kerentaannya ini, mari
kita belajar kepada Rasulullah untuk meneguhkan tali persaudaraan.
0 Response to "PERBEDAAN ITU INDAH KAWAN"
Post a Comment