VALIDITAS INSTRUMEN EVALUASI
Suatu alat pengukuran dapat
dikatakan alat pengukuran yang valid apabila alat pengukuran tersebut dapat
mengukur apa yang hendak di ukur secara tepat. Demikian pula pada alat-alat
evaluasi dapat dikatakan valid apabila tes tersebut betul-betul dapat mengukur
hasil belajar. Validitas adalah tingkat yang dapat menunjukkan pengamatan
secara terus menerus atau mengukur apa saja yang di ukur (Aiken dalam Harsiati,
2011:96).
Menurut Arikunto (2001:65),
secara garis besar ada dua macam validitas, yakni sebagai berikut.
a. Validitas
Logis
Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk
pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan
hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen
yang bersangkutan sudah dirancang dengan baik. Validitas logis dapat dicapai
apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Ada dua macam validitas
logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen.
1) Validitas
isi
Sebuah tes memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Menurut
Gregory (dalam Harsiati, 2011: 97), validitas isi menunjukkan sejauh mana
pertanyaan, tugas, atau butir tes/instrumen mampu mewakili secara keseluruhan
dan proporsional perilaku sampel. Untuk mengetahui validitas isi penulis soal
perlu menelaah kesesuaian tes yang telah disusun sesuai dengan kurikulum
(standar isi). Menurut Harsiati (2011: 98), validitas isi suatu tes dapat
ditentukan dengan cara membandingkan:
·
Kesesuaian isi butir-butir tes dengan indikator
sensial KD pada kurikulum,
·
Kesesuaian cakupan materi tes dengan cakupan KD
pada kurikulum,
·
Proporsi pada tes dan proporsi pada kurikulum.
2) Validitas
konstruk
Validitas konstruk adalah
ketepatan data yang diperoleh sesuai dengan sifat variabel yang diukur. Untuk
mengetahui apakah suatu tes memenuhi syarat-syarat validitas konstruk atau
tidak maka harus dibandingkan dengan syarat-syarat penyusunan tes yang baik.
Apabila susunan tes tersebut telah memenuhi syarat-syarat penyusunan tes maka berarti tes tersebut telah memenuhi
syarat validitas konstruk (Nurkancana dan Sumarta, 1986:130). Menurut Harsiati
(2011:102), cara menentukan validitas konstruk adalah sebagai berikut.
·
Membandingkan proses berpikir dan cara
mengerjakan tes (teknik penilaian) dengan konsep kompetensi yang diukur
·
Membandingkan cakupan jabaran indikator tes
dengan cakupan konsep
·
Membandingkan cara penafsiran dengan keutuhan
pencapaian, kompetensi (keterwakilan indikator esensial yang diukur sesuai konsep).
b. Validitas
Empiris
Instrumen dapat dikatakan
memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Validitas
empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan
ketentuan seperti pada validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui
pengalaman. Pengujian validitas dapat dilakukan dengan membandingkan kondisi
instrumen dengan kriterium atau sebuah ukuran. Ada dua kriterium yang digunakan
sebagai pembinding kondisi instrumen, yakni: yang sudah tersedia dan yang belum
ada tetapi akan terjadi di waktu yang akan datang (Arikunto, 2001:66).
1) Concurrent validity (Validitas “ada
sekarang”)
Dalam membandingkan hasil sebuah
tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat banding. Maka hasil tes merupakan
merupakan sesuatu yang dibandingkan. Misalnya seorang guru ingin mengetahui
apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum, maka diperlukan
kriterium masa lalu yang datanya sekarang dimiliki. Misalnya nilai ulangan
harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
2) Predictive validity (Validitas prediksi)
Sebuah tes dikatakan memiliki
kesahihan prediksi apabila memiliki
kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Misalnya tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu
meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan
datang.
Ada beberapa ciri yang harus
dimiliki oleh suatu tes yang dijadikan ukuran kriteria (Harsiati, 2011: 104).
·
Relevansi, artinya dalam kita harus menilai
apakah kriteria yang telah dipilih itu benar-benar menggambarkan ciri-ciri yang
tepat dari tingkah laku yang sedang dievaluasi.
·
Reliabel, artinya kriteria tersebut merupakan
ukuran yang ajeg bagi atribut tersebut, dari waktu ke waktu dan dari satu
situasi ke situasi yang lain.
·
Bebas dari bias, artinya pemberian skor pada
suatu ukuran kriteria hendaknya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor selain
penampilan sebenarnya pada kriteria.
DAFTAR RUJUKAN
Harsiati,
Titik. 2011. Penilaian dalam Pembelajaran
(Aplikasi pada Pembelajaran Membaca dan Menulis). Malang: Percetakan
Universitas Negeri Malang
Nurkancana,
Wayan dan Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
0 Response to "VALIDITAS INSTRUMEN EVALUASI"
Post a Comment