TEKNIK PENGUMPULAN DATA PENELITIAN



TEKNIK PENGUMPULAN DATA PENELITIAN

Konsep Dasar Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai latar (setting), sumber, dan cara (Sugiyono, 2009: 193—194). Dilihat dari latar, data dapat dikumpulkan pada latar alamiah, misalnya laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, di suatu forum formal (seminar, diskusi), di jalan, dan sebagainya. Dilihat dari sumber data, pengumpulan data dibedakan menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data pada pengumpul data, sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suryabrata (1998: 84—85) mengatakan bahwa data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertama, sedangkan data sekunder biasanya tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai produktivitas suatu perguruan tinggi, dan sebagainya. Dilihat dari teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara interviu/ wawancara, kuesioner/ angket, observasi/ pengamatan, dan gabungan ketiganya. Lebih lanjut, Sukmadinata (2008: 216) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data terdiri atas wawancara, angket, observasi, dan studi dokumenter.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam sub bahasan sebelumnya, Sugiyono (2009: 194) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara interviu/ wawancara, kuesioner/ angket, observasi/ pengamatan, dan gabungan ketiganya. Sukmadinata (2008: 216) menambahkan bahwa selain ketiga cara tersebut, teknik pengumpulan data juga dapat dilakukan dengan cara studi dokumenter. Beberapa teknik pengumpulan data tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
Wawancara/ Interview
Wawancara dilakukan jika seorang peneliti ingin melakukan studi pendahuluan dengan  tujuan menemukan permasalahan yang diteliti dan jika peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentan responden (Sugiyono, 2009: 194). Hadi berpendapat bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika seseorang peneliti melakukan teknik  wawancara dan kuesioner. Adapun beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Responden adalah orang paling tahu segala hal tentang dirinya.
b.      Segala hal yang disampaikan oleh responden kepada peneliti (pewawancara) adalah benar dan dapat dipercaya.
c.       Interpretasi responden tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh pewawancara.
Wawancara dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan jika pewawancara telah mengetahui dengan pasti informasi yang akan diperoleh. Sebelum melakukan wawancara, pewawancara menyusun pedoman wawancara yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan dengan tujuan untuk dijawab atau ditanggapi oleh responden. Dalam wawancara terstruktur, pertanyaan atau pernyataan dimulai dengan hal yang khusus kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan atau pernyataan yang lebih khusus, sehingga jawaban atau penjelasan dari responden menjadi berbatas dan terarah (Sukmadinata, 2008: 216—217). Dalam wawancara tidak terstruktur, pewawancara tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang tersusun secara sistematis dan lengkap (Sugiyono, 2009: 197). Perntanyaan atau pernyataan dalam wawancara tidak terstruktur bersifat terbuka, sehingga responden memberikan keleluasaan untuk memberikan jawaban atau penjelasan (Sukmadinata, 2008: 216).
Informasi/ data yang diperoleh dari teknik wawancara sering bias, yakni menyimpang dari yang dimaksudkan oleh pewawancara sehingga jawaban atau penjelasan dari responden bersifat subjektif dan tidak akurat (Sugiyono, 2009: 199). Hal tersebut disebabkan oleh faktor pewawancara, responden, dan situasi serta kondisi saat wawancara. Oleh karena itu, selain menyusun pedoman wawancara agar data yang didapat oleh pewawancara agar tidak bias, pewawancara harus membina hubungan baik dengan responden (Sukmadinata, 2008: 217). Keterbukaan responden dalam menjawab dan menjelaskan ditentukan oleh hubungan baik antara pewawancara dan responden. Rusaknya hubungan baik antara pewawancara dengan responden dapat mengakibatkan kegagalan wawancara. Kegagalan wawancara mengakibatkan pewawancara tidak akan mendapat data objektif dan lengkap dari responden.
Kuesioner/ Angket
Kuesioner merupakan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab atau ditanggapi (Sugiyono, 2009: 199). Seperangkat pertanyaan atau pernyataan dalam angket dapat bersifat terbuka dan tertutup. Pertanyaan dalam angket terbuka, pertanyaan pokok bisa dijawab oleh responden secara bebas (Sukmadinata, 2008: 219). Responden mempunyai kebebasan untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan persepsinya. Pertanyaan atau pernyataan dalam anket tertutup atau berstruktur sudah disusun secara terstruktur, selain ada pertanyaan pokok atau utama, ada anak pertanyaan atau subpertanyaan. Dalam angket tertutup, setiap pertanyaan terdapat pilihan jawaban sehingga responden hanya memilih jawaban berdasarkan alternatif jawaban yang telah ditentukan.
Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2008: 220). Lebih lanjut, Hadi menjelaskan bahwa observasi merupakan suatu teknik yang kompleks karena melibatkan proses biologis dan psikologis, yaitu proses mengamati dan proses mengingat (Sugiyono, 2009: 203). Teknik ini dilakukan jika observer atau pengamat ingin memeroleh data tentang perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam.
Sugiyono (2009: 204—205) mengklasifikasi berdasarkan dua segi, yaitu segi proses pelaksaan pengumpulan data dan segi instrumen yang digunakan. Dilihat dari segi proses pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi dua, yaitu observasi partisipan dan observasi nonpartisipan. Dilihat dari segi instrumen yang digunakan, observasi dibedakan menjadi dua, yaitu observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur. Adapun beberapa ragam observasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Observasi Partisipan
Dalam observasi partisipan, selain mengamati, pengamat terlibat dalam dengan kegiatan sehari-hari orang yang diamati. Oleh karena itu, data yang diperoleh lebih lengkap, akurat, dan sampai pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak pada objek. Sehubungan dengan hal tersebut, Sukmadinata (2008: 220) mengemukakan bahwa observasi partisipatif atau observasi partisipan mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan observasi partisipatif adalah objek yang diamati tidak merasa jika sedang diamati, sehingga situasi dan kegiatan berjalan dengan wajar. Kelemahan observasi partisipatif, pengamat harus melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu sebagai partisipan dalam kegiatan dan sebagai pengamat. Kegiatan-kegiatan yang tidak menuntut peran aktif partisipan dan objek, dua kegiatan tersebut akan berjalan dengan baik. Namun, jika kegiatan yang dilakukan menuntut peran aktif, pengamat bisa terfokus pada kegiatan objek sehingga lupa terhadap kegiatan pengamatan.
Observasi Nonpartisipan
Pengamat seutuhnya berperan sebagai pengamat, tanpa berpartisipasi dalam kegiatan objek atau orang yang diamati. Peneliti tidak akan mendapat data yang mendalam dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna merupakan nilai-nilai perilaku yang dapat diamati, didengar, dan ditulis. Sehubungan dengan hal tersebut, Sukmadinata (2008: 220—221) mengemukakan bahwa dalam observasi nonpartisipatif, pengamat lebih terfokus dan seksama dalam mengamati kegiatan objek, tetapi objek sadar akan kehadiran pengamat yang sedang melakukan pengamatan, perilaku atau kegiatan objek cenderung dibuat-buat atau direkayasa.
Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya (Sugiyono, 2009: 205). Observasi terstruktur dilakukan jika seorang pengamat sudah memastikan variabel yang akan diamati. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Pedowan wawancara terstruktur dan angket tertutup bisa dijadikan pedoman untuk melakukan observasi terstruktur.
Observasi Tidak Terstruktur
Observasi ini merupakan observasi yang tidak direncakan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Ketika melakukan pengamatan dengan teknik ini, pengamat tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Studi Dokumenter
Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2008: 221). Dokumen-dokumen yang dihimpun, dipilih berdasarkan kesesuaian dengan tujuan dan fokus masalah penelitian. Dokumen-dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan sejarah kelahiran serta kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan pengkajian. Isi dokumen dianalisis, dibandingkan, dan disintesis, sehingga membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu, dan utuh.


Daftar Pustaka
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelititian Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

0 Response to "TEKNIK PENGUMPULAN DATA PENELITIAN"

Post a Comment