Negeriku Gaduh Karena Puisi



Assalamu'alaikum Wr. Wb. sahabat pembaca yang budiman di manapun anda berada...
Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga kita semuanya senantiasa diberikan nikmat berupa kesehatan, ilmu yang bermanfaat, serta umur yang barokah. Aamiin...

Beberapa hari terakhir ini negara kita sedang digegerkan oleh “PUISI” dari salah seorang putri Bapak Proklamator Kemerdekaan negara kita tercinta. Banyak diantara kita yang menyebutkan bahwa ini hanya sebuah puisi biasa sehingga tidak perlu ditanggapi secara berlebihan. Adapula yang menganggap ini merupakan sebuah penistaan terhadap syari’at agama Islam.

Sebenarnya apasih yang dimaksud dengan puisi itu? Ada berapa macamkah ragam puisi? Apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam puisi? Serta bagaimana strategi menulis sebuah puisi?

Agar tidak semakin bingung dan penasaran, silahkan para sahabat pembaca yang budiman membaca artikel di bawah ini. Semoga setelah membaca artikel ini, kita menjadi lebih memahami apa yang dimaksud dengan puisi dan mampu menambah keilmuan kita. Selamat menikmati dan semoga bermanfaat bagi kita semua.


“PUISI”

A.    Hakikat Puisi
Secara etimologis, puisi berasal dari poesis (bahasa Yunani), yaitu penciptaan. Dalam bahasa Inggris, puisi disebut poetry, –poet, dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Belanda, istilah puisi berasal dari poizie, yang berarti sajak. Aminuddin (1987) mendefinisikan puisi dengan "membuat" dan "pembuatan" karena lewat puisi pada dasarnya seseorang itu telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.
Menurut Pradopo (1987), terdapat dua pengertian tentang puisi, yaitu menurut pengertian lama dan menurut pengertian baru. Dalam pengertian lama, puisi adalah karangan yang terikat. Hal ini berarti bahwa puisi harus sesuai dengan banyak baris dalam bait, banyak kata dalam tiap baris, banyak suku kata dalam tiap baris, rima dan irama. Dalam pengertian baru, puisi tidak lagi memenuhi sarana kepuitisan seperti dalam puisi lama.
Riffaterre (dalam Pradopo, 1987:12) mengemukakan bahwa puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Lahirnya sebuah puisi merupakan pemyataan penulis atau penyair. Pernyataan tersebut berisi pengalaman batin sebagai hasil dari proses kreatif terhadap sesuatu yang diungkapkan secara tidak langsung. Ketidaklangsungan ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu penggantian makna (displacing of meaning), penyimpangan makna (distorting of meaning), dan penciptaan makna (creating of meaning).

B.     Ragam Puisi
Menurut Waluyo (1987) mengelompokkan ragam puisi ini menjadi sepuluh. Kesepuluh ragam tersebut diuraikan berikut ini.
1.    Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan
a.       Puisi naratif, yaitu puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Jenis puisi naratif ini misalnya adalah balada dan romansa. Balada yaitu puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian, sedangkan romansa yaitu jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria, dengan diselingi perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan tokoh lebih mempesonakan.
b.      Puisi lirik, yaitu puisi yang mengungkapkan lirik atau gagasan probadinya. Puisi ini mempunyai tiga jenis yaitu elegi, serenade, dan ode. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka, serenade adalah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan, dan ode adalah puisi yang berisi pujian terhadap seseorang, sesuatu hal, atau suatu keadaan.
c.       Puisi deskriptif, yaitu puisi yang menyatakan bahwa penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan atau peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik oleh penyair. Puisi deskriptif dibedakan menjadi tiga yaitu puisi satire,  kritik sosial, dan puisi-puisi impresionik (kesan). Puisi satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan ketidakpuasan penyair terhadap suatu keadaan dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya, kritik sosial adalah puisi yag menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap diri seseorang dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan orang tersebut, dan puisi-puisi impressionik adalah puisi yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.

2.    Berdasarkan volume suara
a.         Puisi kamar, yaitu puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar.
b.        Puisi auditorium, yaitu puisi yang cocok dibaca untuk di auditorium, atau di mimbar yang jumlah pendengarnya. dapat ratusan orang.
3.    Berdasarkan sifat dari isi yang dikemukakan
a.         Puisi platonik, yaitu puisi yang bersifat realistik yaitu menggambarkan kenyataan apa adanya. puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan.
b.        Puisi metafisikal, yaitu puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan.

4.    Berdasarkan asal gagasan
a.         Puisi subjektif atau personal adalah puisi yang mengandung gagasan, pikiran, dan suasana dalam diri penyair sendiri.
b.        Puisi objektif adalah puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri.

5.   Puisi konkret adalah puisi yang bersifat visual yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut penglihatan (poem for the eye).

6.    Berdasarkan tingkat imajinasi
a.       Puisi diafan atau puisi polos, yaitu puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajinasian, kata konkret, dan bahasa figuratif sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari.
b.      Puisi prismatis, yaitu puisi yang menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, verifikasi, diksi, dan  pengimajinasian sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya.

7.    Berdasarkan sumber inspirasi
a.       Puisi parnasian adalah puisi yang mempunyai sifat dan mengandung keilmuan. Puisi ini diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair.
b.      Puisi inspiratif adalah puisi yang diciptakan berdasarkan mood sehingga dalam puisi inspiratif ini penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan.

8.        Stanza adalah adalah puisi yang terdiri atas 8 baris. Contoh jenis puisi stanza ini yaitu karya Rendra yang berjudul “Empat Kumpulan Sajak”.

9.        Puisi demonstrasi atau pamflet adalah puisi yang melukiskan perasaan kelompok bukan perasaan individu. Perasaan ini merupakan endapan dari pengalaman fisik, mental, dan emosional selama para penyair terlibat dalam demonstrasi, sedangkan pamflet adalah puisi yang mengungkapkan protes sosial yang kata-katanya mengungkapkan rasa tidak puas terhadap keadaan.

10.    Alegori adalah jenis puisi yang isinya memberikan nasihat tentang budi pekeni dan agama. Jenis alegori yang terkenai adalah parabel yang disebut juga dengan dongeng perumpamaan. Contohnya yaitu cerita berbingkai "1001 Malam".

C.    Unsur-Unsur Puisi
Puisi dibangun oleh unsur-unsur pembentuknya hingga menjadi kesatuan yang utuh. Berikut ini berbagai pendapat para ahli tentang unsur-unsur puisi.
1.      Aminuddin (1987:136) menyatakan unsur-unsur puisi adalah bunyi, kata, larik atau baris, bait, dan tipografi. Unsur tersebut bersifat visual. Karena itu, unsur itu dapat diamati dengan mudah. Selain unsur yang bersifat visual, puisi juga dibangun dengan unsur yang tersembunyi yang disebut lapis makna.
2.      Waluyo (1987:66) mengungkapkan bahwa unsur pembangun puisi merupakan struktur, yang meliputi struktur lahir, yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, dan tata wajah dan struktur batin, yaitu terra, perasaan, nada dan suasana, dan amanat. Menurut Wellek dan Warren (dalam Waluyo, 1987) unsur pembangun puisi yang inti adalah citraan, metafora, lambang, dan mitos.
3.      Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri atas (1) hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.
4.      Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987) menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.
5.      Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989), meskipun tidak menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi, verifikasi, bentuk, dan makna, dan (4) isi: narasi, emosi, dan tema.
6.      Meyer (Badrun, 1989:6) menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (7) ritme, (8) bentuk
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi meliputi (1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7) bahasa figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme, dan (10) rima.

D.    Strategi Menulis Puisi
Beragam cara kreatif  dapat diciptakan dalam menulis puisi. Dari segi penggalian ide, Widyartono (2010) mencatat setidaknya ada 20 cara dalam menulis puisi, yaitu menulis puisi dari (1) membaca puisi, (2) membaca cerpen, (3) membaca berita surat kabar, (4) membaca kisah-kisah para malaikat, (5) membaca kisah-kisah para nabi, (6) membaca kisah-kisah para sahabat nabi, (7) membaca kisah-kisah para wali, (8) membaca ayat-ayat Alquran, (9) membaca petikan naskah drama, (10) membaca petikan novel, (11) mendengarkan lagu favorit, (12) menyimak berita radio/televisi, (13) menonton film/sinetron, (14) mendengarkan ceramah/khutbah jumat, (15) bercerita lucu, (16) bercerita sedih, (17) berdiskusi/curhat dengan teman, (18) kunjungan ke tempat umum (tempat ziarah, tempat rekreasi, stasiun/terminal/bandara, mall, alun-alun), (19) bercerita pengalaman sendiri, dan (20) bercerita pengalaman orang lain.
Berikut ini dijelaskan salah satu cara menulis puisi berdasarkan strategi Gen Estetika. Strategi ini merupakan akronim dari (1) gali ide yang unik, (2) konsep puisi, (3) tulis secara puitis, (4) tambahi dengan nilai artistik, serta (5) sunting dan publikasi.  Strategi ini menggunakan pendekatan proses dan teori Waluyo tentang struktur puisi yang mengacu pendapat Richards. Strategi ini merupakan suatu cara membuat puisi melalui pengisian aplikasi menulis puisi secara terstruktur. Selain itu, sesuai dengan namanya, strategi Gen Estetika ini juga menuntut penulis untuk menggali nilai-nilai estetika dalam membuat puisi. Harapannya, agar puisi yang dibuat lebih bermutu dengan cara mudah melalui tahapan-tahapan bangun struktur puisi dalam sebuah formulir aplikasi penulisan puisi.
Tahapan-tahapan dalam membuat puisi melalui strategi Gen Estetika terdiri atas lima tahap. Kelima tahap ini adalah (1) penggalian ide yang unik, (2) pengonsepan isi puisi, (3) penulisan secara puitis, (4) penambahan nilai artistik, dan (5) sunting dan publikasi.  Berikut ini penjelasan kelima tahap tersebut.
Pertama, tahap penggalian ide. Untuk menggali ide, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mengacu pada Widyartono (2010), setidaknya dapat dilakukan melalui 20 cara. Cara-cara ini dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Selain penggalian ide, pada tahap ini juga dilakukan penentuan keunikan tema. Berdasarkan tema ini, puisi yang dibuat harus memiliki nilai perbedaan dengan puisi yang lain.
Pada tahap pengonsepan puisi, difokuskan pada  (1) menemukan kebermaknaan amanat puisi, (2) merancang pencitraan, (3) merancang nada/suasana, (4) merancang perasaan, dan (5) deskripsi ringkas/bagan isi puisi yang akan dibuat. Keunikan dan kebermaknaan amanat puisi harus dirancang sejak awal. Nilai keunikan dan kebermaknaan amanat ini dapat memberikan nilai pembeda dengan puisi lain. Pecintraan puisi dilakukan berdasar tema yang diambil. Nada/suasana ditentukan berdasarkan tema dan sikap penyair dalam menyikapi sesuatu hal, dan perasaan umumnya dilakukan berdasarkan kondisi rasa penyair saat itu yang erat dengan kepribadian penyair terkait pendidikan, agama, sosial, psikologis, usia, kedudukan, dan sebagainya. Selain itu, juga harus dirancang deskripsi ringkas/bagan isi puisi. Deskripsi ringkas/bagan isi puisi berisi rancangan kisah yang akan ditulis dalam puisi.
Pada tahap penulisan secara puitis, difokuskan pada penulisan deskripsi ringkas/bagan isi puisi menjadi kalimat-kalimat puitis. Kalimat-kalimat puitis ini dibangun dengan pengembangan-pengembangan isi puisi. Deskripsi ringkas/bagan isi puisi diperjelas menjadi kesatuan isi secara mendetil dan menyatu.
Pada tahap penambahan nilai artistik, difokuskan pada sentuhan-sentuhan artistik puisi. Nilai-nilai artistik ini dalam sebuah puisi tampak pada (1) bentuk tipografi, (2) diksi, (3) bahasa kias, (4) pencitraan, (5) versifikasi, (6) perasaan, dan (7) nada/suasana. Namun, pada tahap penambahan nilai artistik ini yang dapat dirancang dan disempurnakan adalah bentuk tipografi, diksi, versifikasi, dan bahasa kias. Nilai pencitraan, perasaan, dan nada/suasana dapat disempurnakan berdasarkan hasil rancangan pada tahap pengonsepan.
Tahap sunting dan publikasi merupakan kegiatan akhir dari penulisan puisi. Pada tahap ini dilakukan penyuntingan atas hasil penambahan nilai-nilai artistik. Selain itu, juga dilakukan kegiatan perencanaan publikasi, misalnya dibacakan di depan kelas/khalayak ramai, dipublikasikan melalui media cetak maupun elektronik, misalkan ditempel di mading sekolah, diunggah di blog, web, atau situs jejaring sosial (facebook, twitter, koprol, google plus, dll.).

Daftar pustaka

Aminuddin. 1987. Apresiasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar Baru bekerjasama dengan Yayasan Asah Asih Asuh
Badrun, A. 1989. Teori Puisi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
Pradopo, R. D. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Tarigan, H. G.. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Raya
Waluyo, H.J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.



0 Response to "Negeriku Gaduh Karena Puisi"

Post a Comment