Assalamu'alaikum Wr. Wb. sahabat pembaca yang budiman di
manapun anda berada...
Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga kita beserta keluarga
kita semua senantiasa diberikan nikmat berupa kesehatan, ilmu yang bermanfaat,
serta umur yang barokah. Aamiin Yaa Rabballalaamiin...
Budaya ‘salaman’ tentu menjadi sesuatu yang sangat biasa
kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebelum berangkat bekerja kita biasanya
bersalaman dengan istri dan anak-anak kita, dengan orang tua kita, dengan rekan
kerja di kantor, dengan guru kita, dengan ustadz dan kiyai panutan kita, dengan
teman-teman di sekolah dan kampus kita, atau dimanapun saat kita berjumpa
dengan orang lain.
Bagaimanakah tuntunan agama
kita terhadap budaya ‘salaman’? Berikut ada sedikit cerita dari salah satu
sumber di P2S2 Sukorejo Situbondo Jawa Timur, semoga mampu memberikan
pencerahan dan tambahan pengetahuan untuk kita tentang tatacara/tuntunan dalam
bersalaman. Selamat membaca.....
CIUM TANGAN YANG SUDAH BERGESER DARI TUNTUNAN
Setiap kali diminta untuk berada di
bagian depan agar menemani guru saya, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy berarti
kesempatan bagi saya untuk berdiskusi dan mengaji tentang banyak hal kepadanya.
Mulai dari haliyah di setiap gerak dan diamnya beliau, tentang alam, agama,
sosial hingga soal kenegaraan.
Wawasannya yang luas dan keilmuannya
yang begitu dalam membuat materi mengaji dan diskusi seperti tak cukup waktu
sampai habis di ujung tempat yang menjadi tujuan. Apa yang sedang kami lihat,
didengar dan kami rasakan selalu saya angkat sebagai bahan pertanyaan,
setidaknya agar beliau tidak terlalu jenuh sepanjang perjalanan
Sampai akhirnya topik perbincangan
sampai pada soal “bersalaman denga mencium tangan”. Hal itu bermula ketika ada
salah satu warga yang berebut untuk menyalami beliau ketika perjalanan Muhibah
Umat II memasuki Dusun Sokaan Desa Trebungan kec. Mangaran. Tangan Kiai Azaim
langsung 'disambar' seorang ibu sepuh lalu diciumnya sambil mengerak-gerakkan
hidungnya ke kanan dan ke kiri (bahasa Madura: e kaloskos).
Saya yang berada tak jauh di hadapan
beliau sambil membidikkan kamera android butut hanya menggeleng-gelengkan
kepala bahkan diam-diam terheran-heran dengan caranya bersalaman kepada sang
Kiai muda bersahaja itu.
Belum usai rasa heran saya, Kiai Azaim
tiba-tiba samar berujar di telinga saya, "kok sampai begitu cara
bersalamannya, apa ia dari pendahulu-pendahulunya", katanya dengan seulas
senyum yang tak henti di wajahnya.
"Sebaliknya kiai, murid-murid sekarang
malah saat bersalaman dengan gurunya ditempelkan di dahi atau pipinya",
kata saya menimpali.
Mendengar penjelasan saya, senyum di
wajahnya berubah menjadi mimik serius sejurus kemudian beliau langsung
mengambil tangan saya dalam genggamannya, "yang parah sekarang mulai
muncul gaya bersalaman dengan cara begini", kata Kiai Azaim sambil
mencontohkan dengan tangan beliau yang masih menggenggam tangan saya.
"Bersalaman kepada guru bahkan
kepada orang tuanya tapi yang dicium tangannya sendiri. Cara seperti ini adalah
doktrin kelompok sebelah (kelompok yang selama ini dikenal melarang mencium
tangan orang yang lebih tua bahkan kepada ulama, guru dan orang tua sekalipun
karena dianggap bit'ah dan syirik)", sambungnya.
"Lalu bagaimana cara mengingatkan
agar mereka bersalaman sesuai tuntunan Kiai?", tanyaku penasaran.
"Umat Islam menciumi Hajar Aswad
karena ia dipercaya sebagai batu dari surga selain karena pernah dilakukan
Rasulullah. Batu saja dicium masak tidak mau mencium tangan Nabi, Ulama,
orang-orang sholeh, guru bahkan orang tua?", jawabnya seraya terus
melangkahkan kakinya sambil melayani satu persatu warga yang sejak lama
berjejer hanya untuk dapat menyalami cucu Pahlawan Nasional Kiai As'ad itu.
Kita tidak hidup di masa Nabi, tapi kita
berada di zaman dimana masih terdapat para Ulama dan orang-orang sholeh. Mereka
adalah orang-orang pilihan yang menjadi pewaris para Nabi. Maka, kepada siapa
lagi kita berharap mendapatkan aliran keberkahan kalau tidak dari mereka.
Sumber : Catatan Muhibah
Umat II DMI Situbondo, Hans M., Situbondo, 25 Maret 2018
Semoga bermanfaat, salam BERBAGI PENGETAHUAN
0 Response to "CIUM TANGAN YANG SUDAH BERGESER DARI TUNTUNAN"
Post a Comment