Empat Pelajaran dalam Peristiwa
Isra’ Mi’raj
Khutbah I
اْلحَمْدُ
للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ
النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك
لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى
سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى
يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي
اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا
قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ
اللهُ العَظِيمْ
Alhamdulillah pada kesempatan yang
berbahagia ini kita masih diberi kesempatan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk
beribadah di bulan Rajab yang mulia ini. Pada kesempatan ini kita kembali
memperingati peristiwa besar dan istimewa, yaitu peringatan Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena itu, sebagai umat Islam,
kita harus mengetahui apa makna Isra’ Mi’raj, bagaimana kisah perjalanan Nabi
dalam Isra’ Mi’raj? Dan apa pelajaran yang dapat kita ambil dari peristiwa
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam?
Isra’ Mi’raj adalah peristiwa yang
agung, yaitu Allah subhanahu wata’ala memberikan keistimewaan pada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukan perjalanan mulia
bersama malaikat Jibril mulai dari Masjidil Haram Makkah menuju Masjidil Aqsha
Palestina. Kemudian dilanjutkan dari Masjidil Aqsha menuju Sidratil Muntaha
untuk menghadap Allah subhanahu wata’ala sang pencipta Alam semesta.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Isra’ ayat 1:
سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ
الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Aqsho
yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.
Imam Bukhari mengisahkan perjalanan
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Shahih
Bukhari, Juz 5 halaman 52. Intisarinya adalah, suatu ketika Nabi berada di
dalam suatu kamar dalam keadaan tidur, kemudian datang malaikat mengeluarkan
hati Nabi dan mencucinya, kemudian memberikannya emas yang dipenuhi dengan
iman. Kemudian hati Nabi dikembalikan sebagaimana semula. Setelah itu Nabi
melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj dengan mengendarai Buraq dengan diantar oleh malaikat
Jibril hingga langit dunia, kemudian terdapat pertanyaan, “Siapa ini?” Jibril
menjawab: “Jibril.” “Siapa yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhammad”.
“Selamat datang, sungguh sebaik-baiknya orang yang berkunjung adalah engkau,
wahai Nabi.” Di langit dunia ini, Nabi bertemu dengan Nabi Adam ‘alaihissalam,
Jibril menunjukkan bahwa Nabi Adam adalah bapak dari para nabi. Jibril memohon
kepada Nabi Muhammad untuk mengucapkan salam kepada Nabi Adam, Nabi Muhammad
mengucapkan salam kepada Nabi Adam ‘alaihissalam, sebaliknya Nabi
Adam juga membalas salam kepada Nabi
Muhammad.
Perjalanan dilanjutkan menuju langit
kedua, di sini Nabi bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa. Di langit ketiga,
Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Yusuf ‘alaihissalam, di langit keempat, Nabi
bertemu dengan Nabi Idris, di langit kelima Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi
Harun ‘alaihissalam, di langit keenam, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa,
Nabi Musa menangis karena Nabi Muhammad memiliki umat yang paling banyak masuk
surga, melampaui dari umat Nabi Musa sendiri. Dan terakhir di langit ketujuh,
Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Setelah itu, Nabi
Muhammad menuju Sidratil Muntaha, tempat Nabi bermunajat dan berdoa kepada
Allah subhanahu wata’ala. Kemudian Nabi naik menuju Baitul Makmur, yaitu
baitullah di langit ketujuh yang arahnya lurus dengan Ka’bah di bumi, setiap
hari ada tujuh puluh ribu malaikat masuk untuk berthawaf di dalamnya.
Kemudian Nabi disuguhi dengan arak, susu, dan madu. Nabi kemudian mengambil
susu, Jibril mengatakan: “Susu adalah lambang dari kemurnian dan fitrah yang
menjadi ciri khas Nabi Muhammad dan umatnya.”
Di Baitul Makmur, Nabi Muhammad
bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala. Allah mewajibkan kepada Nabi
untuk melaksanakan shalat fardlu sebanyak lima puluh rakaat setiap hari. Nabi
menerima dan kemudian kembali pulang, dalam perjalanan, Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam bertemu dengan Nabi Musa ‘alaihissalam. Nabi Musa
mengingatkan bahwa umat Nabi Muhammad tidak akan mampu dengan perintah shalat
lima puluh kali sehari, Nabi Musa mengatakan, umatku telah membuktikannya. Lalu
meminta kepada Nabi Muhammad untuk kembali pada Allah subhanahu wata’ala,
mohonlah keringanan untuk umatmu. Kemudian Nabi menghadap kepada Allah dan
diringankan menjadi shalat sepuluh kali. kemudian Nabi Muhammad kembali kepada
Nabi Musa, dan Nabi Musa mengingatkan sebagiamana yang pertama. Kembali Nabi
menghadap Allah hingga dua kali, dan akhirnya Allah mewajibkan shalat lima
waktu. Nabi Muhammad kembali pada Nabi Musa, Nabi musa tetap mengatakan bahwa
umatmu tidak akan kuat wahai Nabi Muhammad, Nabi M
uhammad menjawab, saya malu untuk
kembali menghadap pada Allah. Saya ridho dan pasrah kepada Allah.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Imam Ibnu Katsir dalam kitab Bidayah
wa Nihayah, Sirah Nabawiyah, Juz 2 halaman 94 menceritakan, keesokan harinya,
Nabi menyampaikan peristiwa tentang Isra’ Mi’raj terhadap kaum Quraisy.
Mayoritas orang Quraisy inkar terhadap kisah yang disampaikan Nabi Muhammad, bahkan
sebagian kaum muslimin ada yang kembali murtad karena tidak percaya terhadap
kisah yang disampaikan Nabi. Melihat hal tersebut, Abu Bakar bergegas untuk
membenarkan kisah Isra’ Mi’raj Nabi, beliau mengatakan: sungguh aku percaya
terhadap berita dari langit, apakah yang hanya tentang berita Baitul Maqdis aku
tidak percaya? Sejak saat itu sahabat Abu Bakar dijuluki Nabi dengan sebutan
Abu Bakar As-Shiddiq, Abu Bakar yang sangat jujur.
Apa pelajaran yang dapat kita ambil
dari peringatan Isra’ Mi’raj? Ali Muhammad Shalabi dalam Sirah Nabawiyah:
‘Irdlu Waqâi’ wa Tahlîl Ihdats, juz 1 halaman 209 menjelaskan, pertama,
Isra’ Mi’raj adalah kemuliaan dan keistimewaan dari Allah kepada hambanya
tercinta, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi baru saja
mengalami hal yang amat menyedihkan, yaitu wafatnya Dewi Khodijah sebagai istri
tercinta, yang selalu mengorbankan jiwa, tenaga, pikiran, dan hartanya demi
perjuangan Nabi, serta wafatnya paman tercinta yaitu Abu Thalib, yang selalu
melindungi Nabi dari kekejaman kaum Quraisy. Allah ingin menguatkan hati Nabi
dengan melihat secara langsung kebesaran Allah subhanahu wata’ala.
Sehingga hati Nabi semakin mantap dan teguh dalam menyebarkan Agama Allah subhanahu
wata’ala. Ini memberikan pelajaran kepada kita, bahwa siapa pun yang
berjuang di jalan Allah, dan menegakkan agama, seperti dengan memakmurkan
masjid, memakmurkan majlis ilmu, dzikir dan tahlil, Allah akan memberikan
kebahagiaan dan keistimewaan baginya.
Kedua, kewajiban menjalankan shalat lima waktu bagi setiap
muslim. Musthofa As Siba’i dalam kitabnya, Sirah Nabawiyah, Durus wa Ibar,
jilid 1 halaman 54 menjelaskan bahwa jika Nabi melakukan Isra’ Mi’raj dengan
ruh dan jasadnya sebagai mukjizat, sebuah keharusan bagi tiap Muslim menghadap
(mi’raj) kepada Allah subhanahu wata’ala lima kali sehari dengan jiwa
dan hati yang khusyu’. Dengan shalat yang khusyu’, seseorang akan merasa
diawasi oleh Allah subhanahu wata’ala, sehingga ia malu untuk menuruti
syahwat dan hawa nafsu, malu untuk berkata kotor, malu untuk mencaci orang
lain, malu untuk berbuat bohong, dan sebaliknya lebih senang dan mudah untuk
melakukan banyak kebaikan. Hal tersebut demi untuk mengagungkan keesaan Allah,
kebesaran Allah, sehingga dapat menjadi makhluk Allah yang terbaik di muka bumi
ini.
Ketiga, Isra’ Mi’raj adalah mukjizat Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, dengan perjalanan beliau dari Masjidil Aqsha menuju
Sidratul Muntaha. Dalam sejarah, Itu adalah perjalanan pertama manusia di dunia
menuju luar angkasa, dan kembali menuju bumi dengan selamat. Jika hal ini telah
terjadi di zaman Nabi, 1400 tahun yang lalu, hal tersebut memberikan pelajaran
bagi umat Islam agar mandiri, belajar, bangkit dan meningkatkan kemampuan,
tidak hanya dalam masalah agama, sosial, politik, dan ekonomi, namun juga harus
melek terhadap sains dan teknologi. Perjalanan menuju ke luar angkasa adalah
sains dan teknologi tingkat tinggi yang menjadi salah satu tolak ukur kemajuan
sebuah umat dan bangsa.
Keempat, Dalam perjalanan Isra’ Mi’raj, terdapat penyebutan dua
masjid umat Islam, yaitu Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Hal tersebut
memberikan pelajaran bagi kita bahwa Masjidil Aqsha adalah bagian dari tempat
suci umat Islam. Membela Masjidil Aqsha dan sekelilingnya sama saja dengan
membela agama Islam. Wajib bagi tiap muslim sesuai dengan kemampuan
masing-masing untuk selalu berjuang dan berkorban untuk kemerdekaan dan
keselamatan Masjidil Aqhsa Palestina. Baik dengan diplomasi politik, bantuan
sandang pangan, maupun dengan harta. Semoga kita selalu menjadi umat yang
selalu dapat mengambil hikmah dan dari peristiwa Isra’ Mi’raj ini dan
mengamalkannya dengan sebaik-baiknya. Allahumma Aamin.
جَعَلَنا
اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ
عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ
وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ
رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ
وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا
رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ !
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Rustam Ibrahim, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
0 Response to "Empat Pelajaran dalam Peristiwa Isra’ Mi’raj"
Post a Comment